Selasa, 23 Juni 2009
WORKSHOP 2 DONE!!!
Kamis, 18 Juni 2009
Workshop 1 DONE!!!



Rabu, 10 Juni 2009
Seantero Kelas menyebut "tinggal H-min, guyss!!"
Selasa, 12 Mei 2009
GRUVI - "Masih Mencintaimu"
MISSILE ORGANIZER SPLASH NEWS:
Apakah mimpi mereka akan terwujud? Tunggu kelanjutan mimpi ini ..
hanya di Missile Organizer Splash News selanjutnya..
Senin, 27 April 2009
" 30 ribu .. 10 jari !"


Telah hadir Nail Art untuk mempercantik sepuluh jari teman-teman semua.
Nail art akan diluncurkan dalam waktu dekat.
Tunggu "KAMI" di kelas kalian yah :)
dengan kuku cantik, kalian akan lebih percaya diri
sekaligus
telah membantu mempercantik
masa depan
para anak jalanan
Sabtu, 25 April 2009
Siapa bilang “kita” jaga image dan ga mo susah2 ?? (INI BUKTINYA!! WAJIB DIBACA)


(Tulisan ini dibuat berdasarkan observasi dan pengalaman pribadi)
Berjiwa sosial itu memang tidak mudah. Tidak bisa dipesan, tidak bisa diciptakan dan pastinya tidak bisa ditiru. Kenapa? Karena berjiwa sosial itu erat kaitannya dengan si manusia itu sendiri. Kepedulian dan rasa empati yang tinggi lah yang mampu menjadikan seseorang memiliki jiwa sosial yang tinggi.
Kuliah di The London School of Public Relations membuat kami di cap sebagai mahasiswa dan mahasiswi yang ga mau hidup susah, ga bisa kotor-kotoran dan parahnya dibilang sekolah para kaum borjuis yang ga mau berbaur.
Awalnya sempat merasa ribet juga di cap seperti itu. Tapi dengan adanya blog ini diharapkan bisa merubah persepsi itu menjadi persepsi yang lebih baik. Kita ga berharap muluk-muluk. Kita hanya ingin kalian tahu bahwa Missilian is still Missilian!
We care, we believe it and we do it!
Pasti banyak dari kita yang bertanya-tanya pengorbanan seperti apa yang Missilian lakukan? Sejujurnya, setiap hari, kami tak pernah letih mencari seperak rupiah demi membantu masa depan para anak jalanan. Hari Senin hingga Kamis, kami selalu berjualan makanan di kampus dan menjajakannya dari kelas yang satu dan kelas yang lain dan dari kampus yang satu ke kampus yang lain juga. Berjualan pakaian dari lokasi satu ke lokasi yang lain. Tak mengenal pagi, siang bahkan malam. Tak jarang pula diantara kami baru tidur pagi-pagi buta.
Kurang tidur, kurang istirahat dan banyak diantara kami yang sudah positif mengidap SAKIT. Macam-macam jenisnya dari mulai yang ringan seperti flu, migrain hingga tipus (itu saya! Haha) tapi SUNGGUH ini bukan penghalang. Ini TEKAD kami untuk membantu. Sebuah kegiatan sosial untuk membuat kehidupan anak-anak jalanan lebih baik, bermakna dan berarti.
Tanggal 18 April lalu, Missilian beraksi. Memutari daerah Kelapa Gading, berjalan kaki berkilometer, pergi dari rumah makan satu ke yang lainnya. Dari pukul 6 sore hingga setengah 1 pagi. Ada yang bisa tebak, apa yang kami lakukan? YA! Kami menjadi pengamen dadakan. Lokasi yang terpilih adalah Kelapa Gading.
Dibagi menjadi dua kelompok dengan dresscode putih, para Missilian mulai menyanyi dan menyanyi. Hanya bermodalkan suara Fals, Gitar seadanya dan naskah berupa kertas untuk beberapa lagu yang tidak terlalu dihafal dengan baik.
Sempat merasa tersaingi ketika ada rombongan dari kampus lain yang ikut ngamen juga. Tersaingi bkn krn apa-apa tapi karena mereka jauh lebih bagus. Jadi rombongan kampus itu, menyanyi dengan bagusnya selayaknya finalis Indonesian Idol dan serupa paduan suara (ada suara 1 dan 2). Tidak menggunakan alat musik apapun, hanya menggunakan ketrampilan bibir yang bisa menyerupai alat musik (cuap..cuap..pap..para..para..).
Missilian pun terus bernyanyi dengan penuh percaya diri (walaupun Fals, tapi sutralah). Selesai bernyanyi, menerima uang dari pengunjung, kami langsung bergegas pergi dari tempat itu dengan wajah menunduk dan tersenyum kecil tak habis pikir betapa kacaunya suara kami. Pindah ketempat lain dan bernyanyi lagi. Syukurnya rombongan bagus itu sudah tak ada lagi disekitar kami (ga kebayang jadi apa kl mereka masih disitu?!?)
Ada kejadian unik terjadi, ini terjadi ketika kami mau menyeberang jalan menuju sebuah warung makan berikutnya. Ketika hendak menyeberang tiba-tiba ada seorang pengendara motor (sebut saja namanya Bapak Bunga) yang mengendarai sepeda motornya dengan kecepatan tinggi. Padahal si Bapak Bunga sudah melihat kami dari jauh. Namun ia menghiraukan keselamatan kami begitu saja. Spontan, Wibowo (Missilian yang paling besar porsinya..piss!) marah dan meneriaki si Bapak Bunga.
“woiiii” celetuk wibowo
Tiba-tiba ada suara motor yang mengahampiri kita (ternyata itu si Bapak Bunga)
Kita semua sedikit pucat. Kenapa? Karena Bapak Bunga berbadan besar, serupa preman (wuihh, pokonya kita –kita mah bakalan babak belur kena bolgem si Bapak Bunga).
Bapak Bunga tidak diam begitu saja melainkan menghampiri kami dan berkata,”kenapa lo tadi teriak-teriak? Santai aja donk”
“Tapi mikir ga, kl sampe ada yang ketabrak gimana?” tegas wibowo
Indriani (Missilian juga nih) berusaha melerai wibowo untuk jangan bertengkar. Namun saat Indri melerai keduanya, si Bapak Bunga tak juga berhenti bicara. Terus menerus mengatakan hal yang kurang penting dan kasar. Spontan, Indri yang saat itu melerai wibowo berubah menjadi Indri yang tiba-tiba sepanas kompor.
“Bapak kalo ngomong jangan kurang ajar yah”, ujar indri dengan kesal dan emosi
Ini klimaks lucunya, awalnya Indri yang melerai wibowo tapi seketika posisi Indri digantikan oleh wibowo. YA! Kini Bowo yang melerai Indri. Pertengkaran pun tak terjadi dan memutuskan untuk kembali mencari rupiah ditengah ramainya kota malam itu.
Itulah sepenggal suka duka yang kami alami demi membantu sesama. Mungkin ada diantara pembaca yang tidak terlalu menganggap kisah ini. Namun, SEJUJURNYA tulisan ini dibuat berdasarkan pengalaman dan semangat yang nyata.
Maurine Mawardi
Rabu, 22 April 2009

Profil Sahabat Anak
Berawal dari Jambore Anak Jalanan (JAJ) yang pertama kali diselenggarakan pada tahun 1997, sejumlah sukarelawan yang terdiri dari mahasiswa dan alumni yang tergabung dalam kepanitiaan melihat adanya satu kebutuhan esensial pada generasi anak kaum urban, khususnya anak-anak jalanan di Jakarta, yakni pendidikan sebagai pendongkrak status, ekonomi, dan karakte menuju fase yang lebih baik.
Sahabat Anak lahir setelah melalui periode panjang proses penggodokan istimewa akan kerja sama, pelayanan, tantangan realita jalanan, pemahaman karakter anak marjinal yang unik, pengumpulan dana plus pertanggung jawabannya, serta pencarian program kurikulum nonformal terbaik sesuai kebutuhan mereka.
Hingga saat ini, Sahabat Anak membidani kegiatan rutin Bimbingan Belajar (Bimbel) di 8 area urban Jakarta antara lain Prumpung, Grogol, Cijantung, Manggarai, Senen, Gambir, Tanah Abang, dan Mangga Dua. Lokasi belajar yang bervariasi dari ruang kelas pinjaman hingga kolong jembatan layang tidak meyurutkan semangat belajar anak-anak maupun pengajarnya. Bagi Anjal (Anak Jalanan) yang bersekolah, mereka dibimbing dalam mengerjakan PR, persiapan ujian, dan mengulang mata pelajaran.
Bagi yang putus sekolah, diajarkan ketrampilan dasar calistung (baca, tulis, hitung). Turut disisipkan pula variasi program seperti bahasa Inggris, olah vokal, gambar, musik, origami, pembagian nutrisi, karyawisata, putar film, memasak, dan bentuk kegiatan edukatif lainnya. Ulang tahun massal, parents meeting, dan pengobatan gratis digelar di masing- masing area dalam rentang waktu tertentu. Beasiswa pun diberikan bagi anak-anak yang berprestasi dan diajukan secara khusus oleh pengurus Bimbel.
Khusus bagi remaja jalanan putus sekolah, sejak tahun 2006 Sahabat Anak mendirikan Pusat Kegiatan Anak (PKA), sekolah nonformal yang membekali siswanya dengan pelajaran umum plus pengembangan karakter (character building) dan ketrampilan (life-skill) yang setiap akhir semester diikutsertakan dalam ujian Negara (Kejar Paket A, B, C).
Perlu dicatat bahwa asset terbesar Sahabat Anak adalah para sukarelawan yang memiliki semangat voluntirisme luar biasa. Mereka terdiri dari mahasiswa, alumni, pemuda, dan kaum profesional metropolitan yang tidak jarang merogoh kantung pribadi untuk keperluan adik-adik binaannya. Kepedulian mereka, didasarkan oleh kasih dan terutama pengakuan bahwa anak-anak ini sama sperti anak normal lainnya, yang memiliki hak untuk hidup lebih baik dan kesetaraan dalam berbagai kesempatan. Terlebih karena mereka berharga.
Program-program yang diadakan di Sahabat Anak antara lain:
• Pusat Kegiatan Anak (PKA) sebuah wahana edukasi nonformal bagi remaja putu sekolah
• Jambore Sahabat Anak (JSA) sebuah kegiatan tahunan dalam memperingati Hari Anak Nasional 23 Juli dengan mengundang anak-anak binaan Sahabat Anak dan anak-anak jalanan dari area baru
• Hari Sahabat Anak (HAS) sebuah event yang melibatkan lebih dari 1000 publik (profesional, keluarga, perusahaan dan media) untuk menyebarkan spirit menjadi SAHABAT bagi anak marginal Indonesia
• Kelas Pembinaan Voluntir , program rutin yang digelar oleh Divisi Capacity Building (CB) sebagai pembekalan bagi para sukarelawan Sahabat Anak guna meningkatkan wawasan (knowledge), ketrampilan (skill), dan semangat pelayanan (spirit)
Visi Sahabat Anak yakni menyadarkan anak jalanan bahwa mereka sebagai manusia ciptaan Allah, yang berharga dan mulia. Misi Sahabat Anak adalah Melibatkan sejumlah mungkin pribadi/pihak untuk peduli kepada anak jalanan dengan menjadi seorang sahabat yang menaruh kasih setiap waktu.

Beratap langit. Sawah hijau terbentang. Rindang pohon. Tenangnya empang. Berdampingan dengan hilir mudiknya kereta dan mobil di jalan tol sebelah. Hari ini, lahirlah Sekolah Alam Jurank DOANK!
Bukan seorang konglomerat. Bukan pula seorang yang miskin. Hanya manusia biasa dengan julukan artis atau seniman. Berbekal tekad, pengorbanan waktu serta dorongan alam, dikDOANK berhasil menyelesaikan proyek terbarunya. JurankDOANK berdiri sebagai ‘rumah belajar’ untuk anak-anak kampung disekitar rumahnya di pinggir kota Jakarta.
dik hanya ingin anak-anak sekitar yang masih banyak tinggal di sekitar sawah mempunyai semacam rumah bermain sambil belajar. Tempat dimana mereka bisa menghabiskan waktunya untuk membaca, bermain atau sekedar melewatkan hari. Diharapkan dengan adanya tempat yang aman dan bermanfaat tersebut akan menjauhkan dari hal-hal yang negatif dalam meluangkan waktu kosong mereka.
Tidak banyak tenaga maupun dana. Dasar jiwa seniman. Berbekal bambu dan bahan alami lainnya, dik berhasil menyulap satu tempat buang jin menjadi tempat yang nyaman bagi para warga sekitar. Terutama bagi anak-anak.
Dalam hal materi maupun kemampuan saya yakin banyak diantara kita yang lebih beruntung dari seorang dikDOANK. Tapi sanggupkah diri ini mengalahkan semua ego dan godaan dunia untuk membantu yang masih membutuhkan?
dik memilih tidak hanya bekerja keras untuk memberikan pendidikan yang terbaik bagi anak-anaknya. Dia berpikir lebih luas lagi. Dia memilih untuk menciptakan lingkungan yang lebih baik bagi kelak anak-anaknya nanti tumbuh berkembang. Lingkungan dimana semua anak bisa menikmati pendidikan. Kelak dengan bekal pendidikan tadi mereka bisa dengan damai hidup berdampingan. Bahu membahu membangun bangsanya menjadi lebih baik lagi.
Mungkin kita juga hanya manusia biasa dengan julukan pelajar, mahasiswa, karyawan, manager, atau CEO. Sanggupkah kita melakukannya? Sanggup. Adakah waktu kita melakukannya? Ada. Siapa yang akan membantu kita? Kita semua.
Karena tidak pernah ada kata “TIDAK” untuk anak-anak Indonesia. Masa depan Indonesia yang lebih indah.

kita memang tak sama ..
kita memang berbeda ..
hanya waktu ..
hanya tempat ..
hanya hidup ..
hanya kesempatan ..
tak ada yang indah sebelum saatnya ..
begitu pula aq ..
begitu pula kamu ..
begitu pula dengan kami ..
susah ..
senang ..
sedih ..
perih ..
tak pernah luput kami rasakan ..
kita memang berbeda
hanya ruang dan waktu ..
kita tetap bersama ..
membagi suka dan duka ..
kita sahabat ..
merasakan sedih dan senang bersama..
tak ada penderitaan yang indah
tak ada kebahagiaan yang pedih
Tuhan memang mengatur semua perbedaan
Perbedaan yang terus menerus tak sama ..
memilukan hati, menyayat hati ..
menyenangkan hati, menggirangkan hati ..
semua kan indah pada waktunya
seindah "kita" dalam perbedaan ...
seindah "kita" dalam persahabatan ...
jangan lagi berpikir seolah tak ada yang indah
jangan lagi berpikir seolah tak ada yang sama
semua sama, semua indah, walau berbeda awalnya
kita bisa .. pasti bisa
maka ,
KAMU PUN PASTI BISA .. !
Tunjukkan mimpi MU !
atas nama pebedaan rasa ..
mengapa?
KARENA INI NYATA !!
Kepompong
(by Sind3ntosca)
dulu kita sahabat
teman begitu hangat
mengalahkan sinar mentari
dulu kita sahabat
berteman bagai ulat
berharap jadi kupu-kupu
* kini kita melangkah berjauh-jauhan
kau jauhi diriku karna sesuatu
mungkin ku terlalu bertindak kejauhan
namun itu karna ku sayang
reff:
persahabatan bagai kepompong
mengubah ulat menjadi kupu-kupu
persahabatan bagai kepompong
hal yang tak mudah berubah jadi indah
persahabatan bagai kepompong
maklumi teman hadapi perbedaan
persahabatan bagai kepompong
na na na na na na na na na
semua yang berlalu
biarkanlah berlalu
seperti hangatnya mentari
siang berganti malam
sembunyikan sinarnya
hingga ia bersinar lagi
** dulu kita melangkah berjauh-jauhan
kau jauhi diriku karna sesuatu
mungkin ku terlalu bertindak kejauhan
namun itu karna ku sayang
PS: (Lagu ini kami dedikasikan untuk teman-teman semua (Anak Jalanan, Donatur, Pendukung Acara, Pengajar, Missilian, London School of Public Relations)
STICKIES ARE EVERYWHERE ..

Iya! Betul sekali! Sticikies itu kertas kecil warna warni yang ada perekatnya dan bisa ditempel dimanapun untuk pengingat. Biasanya warnanya kuning tapi ada yang pink, hijau bahkan ungu. Lucu yah!
Saat-saat sesibuk sekarang, Ruri (sang sekertaris) tidak pernah lupa untuk menempelkan stickies dimanapun. Termasuk di buku agenda dan laptop qu.
Semua panitia dapat giliran ditempeli stickies. Sehari bisa sampai enam lembar stickies melanglang buana di antero kelas PR 10-9C yang berlokasi di Room 8 lt. 1 kampus C – London School of Public Relations (lengkap yah!)
Tulisannya singkat tapi bebannya itu lho! DAHSYATTT!
Seharian penuh putar otak supaya bisa sesegera mungkin menyelesaikan tugas yang diamanatkan kepada saya (tenyata repot juga yah..punya bakat nulis. Haha)
Hari Sabtu dan Minggu disaat semua orang senang-senang, aq hanya (lagi-lagi) dihadapkan pada stickies kuning milik Ruri. Tulisannya gini:
Tugas Moink
Profile Sahabat Anak
Profile Kandank Jurank Doank
Profile Missile Organizer
Tak tanggung-tanggung deadline nya hanya 2 hari saja. Tak lebih!
Tapi yang namanya tugas itu tetap tugas!
Seberat apapun tugas itu, selama kita diberi tugas tersebut, sudah pastilah kita yang dianggap paling layak utnuk mengerjakan tugas tersebut. Jadi selelah apapun kita, seribet apapun kita, Tugas tetaplah TUGAS!
Hal ini juga tercermin dari keletihan kami yang tiada tara namun kami tetap menjalankan tugas kami masing-mamsing.
Untuk apa? Hanya SATU dan tak lebih
Untuk para Anak Jalanan dan masa depan mereka!
Semangattt terus Missilian! Semangat terus sobat! Bantuan kalian akan sangat membantu mewujudkan mimpi mereka!
qMaurine Mawardi
Selasa, 21 April 2009
"Tunjukkan Mimpimu!"
Kamis, 16 April 2009
Jumat, 10 April 2009
Naik Turun Jurank .. Sungguh Menyenangkan !! (PART 1)

Dua jam yang lalu, kami masi mencari-cari lokasi sebuah tempat yang akan kami gunakan untuk menyenangkan hati para anak-anak jalanan. Tempatnya hijau, diiringi kicau burung dan lambaian daun pohon kelapa nan indah.
Kedatangan kami ditempat ini disambut oleh seorang sukarelawan bernama Ricky. Kami diajak berjalan-jalan diseputar kompleks lokasi.
Melihat-lihat Flying Fox, Tambang Monyet, Perahu Kampret,dll. Suasana nya masih sangat pedesaan dikelilingi persawahan dan jurang yang mengingatkan kita pada alam. “Huff! Sudah lama aq tak melihat suasana seasri ini” ujarku dalam hati. Sembari beerbincang dengan sang pemandu (Mas Ricky, terima kasih Mas!) kami membayangkan akan seperti apa kenyataannya nanti. Pasti menyenangkan! (AMIN!!)
Seusai berkeliling dan melihat objek wisata alam indah itu, kami menemui seorang volunteer (bahasa kerennya!) lainnya bernama Utie. Kami memanggilnya Mba Utie. Orangnya kecil, putih dan senang memainkan rambutnya yang terus menerus menutupi matanya. Mengenakan kemeja bermotif kotak-kotak, ia dengan ramah melayani dan mendengarkan konsep acara kami. Sempat beberapa kali ia bolak-balik ke sebuah ruangan hanya untuk mengambil kalender yang sudah penuh diisi goresan tinta para volunteer disana (sepertinya begitu..dari apa yang saya liat yah! Maaf kl salah!)
Sementara berbincang-bincang dengan Mba Utie, aku malah sibuk mencari jejak semut kecil merah yang terus menerus menaiki lengan atasku(ugh! Sedikit gatal). Tapi tetap fokus (acaranya untuk umum! Begitu kalau tidak salah dengar). Setelah perbincangan yang panjang dan proposal acara yang belum rampung seutuhnya, kami berpamitan sambil berjanji akan segera mengkonfirmasi acara kami dalam waktu cepat.
Sebelum pulang, dua diantara kami (Bowo dan Dhyni) sempat masuk kedalam sebuah Museum Karya Pustaka, galeri karya-karya hasil anak murid sekolah alam. Setiap orang yang masuk diharuskan membayar Rp. 2.500.- yang nantinya akan digunakan sebagai biaya operasional fasilitas disana (seperti menambah ketersediaan buku-buku).
Kami mulai berjalan menuju arah tempat mobil kami diparkir. Memasuki mobil, menyalakan mesin dan cabut cuy!. Disini perut kami mulai keroncongan dan mulai merencanakan beberapa restoran untuk tempat kami mengisi perut yang sudah kosong ini. Tapi sebelumnya kami harus mengisi bensin si Kijang Biru yang kami tumpangi ini. “Woy! kumpulin duit, donk” ujar Dicky.
Saat itu matahari terik dan tak ada satupun yang ingin keluar sekedar untuk mebayar uang bensin. Bowo pun berinisiatif membuka kaca dan berkata, “isi bensin 70ribu ,Mas” perintah Bowo kepada petugas bensin setempat.
Melewati jalan tol yang naik turun dan bunyi kursi belakang (tempat Apri duduk) tak juga diam (bunyinya menyerupai balon yang digesek-gesekkan..NGILU ABIS!). Singkat cerita, sampailah kami disebuah “Rumah Makan Suroboyo”. Makan dan minum mulai dipesan satu persatu. Walau aku tidak ikut makan karena harus mengobservasi seluruh kegiatan tapi sungguh menyenangkan karena banyak hal unik yang dapat diperhatikan.
INTERMEZZO, kawan! (Huff! Sejujurnya otakku agak sulit berpikir karena sekarang dihadapanku ada sebungkus Smax Ring lezat yang memanggil-manggil namaku). nMaurine Mawardi
“Dipilih .. Dipilih .. “
Teman-teman pembaca, pastilah sudah amat terbiasa mendengat kalimat tersebut. “Dipilih .. Dipilih bajunya bu!”
Seperti pedagang kaki lima yang sedang menjajakan barang jualannya. Itulah pengalaman yang kami lakukan beberapa hari belakangan. Bermodalkan tiga box laci Olympic yang khusus dipinjam dari sang pemilik (Ruri, salah satu anggota Missilian) kami pun tak lagi menunda untuk sesegera mungkin menjual pakaian layak pakai yang sudah kami kumpulkan.
Pulang kuliah kira-kira pukul lima sore, aku berencana untuk makan di Strawberry (Sebuah kantin kecil disamping kampus kami). Belum sempat duduk tiba-tiba seorang teman, Nina memanggil namaku sembari bertanya, “Moink, ikutan kita yuk! Jualan di Lembang”. Ingin rasanya ikut berjualan bersama para tim penggalang dana. Tapi sayang, banyak tugas menumpuk yang harus diselesaikan berkaitan dengan kegiatan ini. Aku harus menyelesaikan berlembar-lembar PROPOSAL indah untuk menarik perhatian dosen kami dan para dermawan diluar sana. (Bapak, Ibu yang baik hati..ayo donk nyumbang..hehe).
Akhirnya dengan berat hati harus kuurungkan keinginanku yang satu ini. Sambil berharap dalam hati supaya hati ini sedikit melembut untuk mengizinkanku ikut berjualan bersama. Lagi-lagi aku gagal meyakinkan hatiku sendiri untuk bisa ikut bersama dengan mereka dan kembali harus menyelesaikan proposal indah itu.
Ternyata Nina tak hanya diam sampai disitu. Ia kembali berkata, “Anak-anak juga ada yang lagi pada jualan didepan Dunkin Donuts, ink .. coba aja gih liat kesana”. Wah, senangnya masih ada kesempatan untukku ikut berjualan walau tak bisa setotal yang lain. Tanpa menunggu lama aku pun langsung bergegas melangkahkan kaki kearah tempat Massilian lainnya berjualan.
Sesampainya disana, aku bertemu Senya, Tarryn, Tika dan Kak Evi (semuanya Massilian tangguh pencari dana lho) yang sedang berusaha menjual dagangannya. Terlihat beberapa ibu-ibu dan mba-mba baik hati (huff! Lagi-lagi sebut saja namanya Ibu dan Mba Baik Hati), mereka sibuk memilih dan mengorek-ngorek box dagangan kami. Tika yang ada disamping kananku terus meyakinkan calon pembeli dan tak henti-hentinya meneriakkan,”dipilih..dipilih!”.
Aku pun tak hentinya ikut berteriak hal yang yang sama,”dipilih..dipilih”. Sempat sedih juga saat dagangan kami masih tetap ditawar. Padahal harga pakaian yang dijual berkisar 10rb – 50rb. Murah kan ??! belum lagi merk-merk pakaian itu hampir sebagian besar dari merk-merk ternama.
Sekitar 15 menit aku disana dan sudah cukup puas berteriak-teriak menjajakan barang jualan kami, aku pun bergegas pulang utnuk segera menyelesaikan tugas yang sudah menunggu untuk segera diselesaikan.
Semangat terus Missilian! Kita pasti Bisa!! nMaurine Mawardi
Menyusuri Kegelapan, Menerangkan Hati
Teman-teman Pembaca pasti bingung mengartikan judul diatas.
Judul diatas adalah sepenggal kisah perjalanan kami (4 orang Missilian yang bertugas mensurvei lokasi).
Ketika itu hari Senin 06 April 2009, tepat pukul 5 Sore, kami yang bertugas melakukan survei lokasi berangkat menuju tempat dimana nantinya semua bantuan yang kami dapatkan akan kami salurkan.
Kami sempat terjebak macet dibeberapa titik menuju lokasi. Hilir mudik kendaraan bermotor, gemerlap lampu kota, diiringi rintik hujan, suara klakson kendaraan yang tidak mau kalah tak membuat kami menyerah. Kami tetap teguh menyusuri tiap jalan demi menolong sesama.
Semangat itu terus membawa kami menyusuri jalan yang sejujurnya kami pun belum pernah melewatinya. Sempat berhenti sekedar membeli sebotol air mineral dan bertanya pada beberapa orang dijalan (termasuk security Kedutaan Besar), kami tetap saja tidak menemukan lokasi dengan mulus. Kembali berhenti dipinggiran jalan, disebuah warung kelontong, kami kembali harus mengingat setiap instruksi yang harus kami lalui nantinya.
Kembali masuk ke mobil dan menemukan beberapa patokan yang diberikan oleh (sebut saja) Mas Baik Hati. Kami kembali optimis akan segera menemukan lokasi yang dicari.
Ternyata (lagi-lagi) kami tak seberuntung itu. YA! Kami kembali salah. Tidak fatal namun harus memutar kembali keempat roda mobil yang kami tumpangi. Kembali disambut kemacetan tiada tara. Akhirnya, kami menemukan putaran balik untuk kembali menyusuri jalan yang sama.
Kali ini kami bertekad tidak mau salah lagi. Didalam mobil kami saling berbagi tugas untuk memperhatikan jalan yang akan kami lewati.
“Moink, lo liatin yah jalanan kecil yang tadi lo liat itu, gw juga liatin jalan yang tadi Dicky bilang ada portalnya itu” ujar Bowo
Dengan penuh perhatian dan konsentrasi tingkat tinggi, aku menjawab “Siap,wo!”
Sementara Dicky tetap sibuk melihat jalan di kiri dan kanan. Karena mobil kami melaju pelan saat itu. Ruri sibuk mempersiapkan kamera untuk dokumentasi dilokasi nanti.
Melewati belokan yang pertama dan belokan kedua. YES! Kami menemukannya.
Jalannya kecil meliuk-liuk, sedikit hancur dan becek. Kami terus menyusuri jalan sampai tersadar bahwa didepan kami jalannya teramat kecil hingga tak dapat lagi dimasuki mobil. Kami pun berinisiatif untuk kembali bertanya. Memastikan bahwa kami “TIDAK LAGI” salah jalan.
Alhamdulillah, kami benar-benar ada dijalan yang dimaksud dalam buku agenda kulit hitamku (buku tempat dimana aq menulis semua alamat).
Dicky segera memarkir mobilnya dipinggiran toko berkaca gelap. Kami bergegas keluar dari mobil dan membawa setiap keperluan yang kami butuhkan (Kamera dan binder kuning Ruri u/catatan).
Ada 2 jalan bercabang yang harus kami pilih dan kami sepakat memilih cabang jalan pertama yang bertuliskan “Gg. Buntu”. Jalannya kecil sekali serupa jalan tikus yang biasa kita lewati dikala macet. Ups! Ternyata lebih kecil lagi dari itu, hanya bisa dilewati motor dan 2 orang berjajar. Sampai ujung jalan tak ada satupun orang yang dapat kami temui untuk bertanya. Semua rumah-rumah kecil itu sudah menutup pintu rumahnya rapat-rapat. Sekalipun ada yang membiarkan pintu rumahnya menganga namun tak ada satupun kulihat orang didalamnya, hanya sebuah TV 14 inch yang menyala dengan iklan Partai Politik.
Sempat melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tanganku dan sempat bertanya didalam hati, “baru jam 7..apa iya uda pada tidur semua?!” dan kembali menghiraukannya berharap menemui orang yang dapat ditanyai.
Tepat diujung gang, ada sebuah rumah disebelah kiri bertuliskan “Ketua RT.006/05”.
Kami bergegas bertanya pada ketua RT setempat mengenai lokasi yang kami cari. Sayangnya, Pak RT tidak ditempat. Kami pun tak lagi menuggu dan segera bertanya pada Ibu RT.
Ibu RT pun langsung tanggap dengan pertanyaan kami dan mulai memainkan telunjuknya mengarahkan kami pada tempat yang dimaksud. Setelah berterima kasih, kami kembali berjalan. Sementara Ruri, tak lelah memotret setiap lekuk jalan yang kami lewati (untuk dokumentasi blog ini, “btw, Thanks Ruri!”).
Akhirnya, sampailah kami disebuah rumah kecil yang ditunjuk Ibu RT. Namun ketika kami sampai disana, para sukarelawan rumah singgah tersebut sudah memanggul tas ranselnya masing-masing dan siap bergegas pulang. Tetapi, kedatangan kami disana, membuat para sukarelawan ini membatalkan niat mereka untuk pulang. Didepan ruang tamu dengan dua kursi rotan dan satu sofa tua seadanya, kami saling berjabat tangan memperkenalkan diri masing-masing. Disambut oleh Mba Lenny, Bang Wolter dan Mba Hana, kami menceritakan maksud kedatangan kami. Mereka sangat ramah dan tersirat bahwa mereka sangat gembira dengan rencananya kami memberikan pelatihan seni kepada anak didiknya yang notabene anak jalanan.
Aku dan Bowo berdiskusi dengan bang wolter tentang workshop yang akan kami berikan serta menanyakan jumlah peralatan yang harus kami sediakan dalam menunjang workshop kami ini. Sementara Dicky dan Ruri, sibuk memotret setiap ruangan yang akan kami gunakan untuk workshop kami nantinya. Mereka tak hanya berdua namun ditemani Mba Lenny yang juga bertugas memberikan info seputar ruangan yang dapat kami gunakan untuk workshop kami nanti.
Sekitar 30 menit kami disana, banyak hal yang kami dapatkan. Antara lain kami menjadi sadar bahwa apa yang “akan” kami lakukan kelak akan sangat berarti bagi mereka (Anak Jalanan).
Setelah berpamitan, kami kembali menyusuri jalan kecil nan gelap itu dengan perasaan syukur. LEGA, mungkin itu kata yang tepat yang dapat kami simpulkan berempat. Mengapa? Karena usaha keras kami tak sia-sia. Kami sampai dilokasi yang kami tuju dengan satu niatan tulus membantu para anak jalanan.
Walaupun menyusuri panjangnya jalan yang gelap namun SEMANGAT kami dan para Missilian mampu MENERANGKAN HATI kami. Kami beruntung dapat menjadi orang-orang yang merasakan susahnya hidup menjadi Anak Jalanan. Tak terus menerus melihat keatas namun sesekali mencoba melebur menjadi orang bawah yang kekurangan dan membutuhkan uluran tangan.
Kalau kami bisa menerangkan hati kami, KAMU PUN PASTI BISA!! nMaurine Mawardi